Datang ke Konser Dirty Ass Live at Menendang Bokong Showcase, Tangerang

Tendangan Bokong Satu Dekade Dirty Ass

WAKTU terasa cepat berlalu saat kamu menikmatinya dengan begitu sahih. Kosakata kata ‘sahih’ dalam artikel ini dapat diartikan ‘bersenang-senang’. 10 tahun atau satu dekade bukan waktu yang singkat, tertutama bila kamu merupakan personel di sebuah band.

Menyatukan pikiran memang encer untuk diucapkan, bukan dipraktikan. Tiga napas, tiga pikiran, tiga perangai menurunkan ego masing-masing dan sepakat untuk menancapkan gas pada musik ‘garage punk’. Dirty Ass yang genap berusia satu dekade pada 2022, pun menghajatkan hal tersebut dengan perayaan ‘Menendang Bokong Showcase’ pada 18 Juni 2022 di Hardi Kopi, Tangerang.

Pemutaran dokumenter Satu Dekade Dirty Ass. (Sumber: ku.mi.usik)

Tidak bisa dipungkiri, tergugahnya elo ketika dengerin rekamannya, lo loncat loncat di kamar lo, sampai kasur rusak. Itu enggak bisa menggantikan perasaan lo ketika berada dalam show-nya Dirty Ass, bisa ekspresiin dengan leluasa. Tradisional banget kok,” ungkap David Tarigan dalam dokumenter ‘Satu Dekade Dirty Ass’.

Adalah Gerry L. Fauzi (vokal dan gitar), Bayu Samudro (drum), dan Gilang Fresandy (bass dan vokal) yang menjadi pusat lampu sorot pada malam sakral tersebut.

Bau asap rokok dari para penggemar musik cadas ini, sudah tercium dari depan pintu masuk. Namun, ajaibnya ketika gerbang sudah dibuka dan para penonton pun berbondong bondong memasuki lokasi pangqgung. Bau gembulan asap tersebut sontak tak tercium, memang di depan pintu masuk tertulis label ‘dilarang merokok’ tetapi para penonton dengan adil dan sadar mengikuti tulisan label tersebut.

Sebuah aturan sepele yang sekiranya, mungkin tak akan dihiraukan oleh penggemar kaus hitam tersebut. Sekarang bila beberapa oknum masih menganggap para penikmat musik cadas itu tidak peduli dengan aturan? Coba pikirkan kembali. Selain itu, tentunya hal ini adalah sebuah perilaku yang patut ditiru di setiap acara kolektif teruntuk para penonton, crew maupun penampil.

Gerry dipersenjatai gitar SG Epiphone. (Sumber: ku.mi.usik)
Bayu olahraga selama dua pekan untuk persiapan membawakan 30 lagu lebih. (Sumber: ku.mi.usik)
Berbeda dengan dua personel lainnya, ini merupakan tahun keempat bagi Gilang pada bass. (Sumber: ku.mi.usik)

Mengingat ini bukan sekadar perayaan biasa, melainkan istimewa. Sebelum membakar panggung musik, Dirty Ass memutarkan terlebih dahulu secara lengkap dokumenter tentang perjalan mereka sejak memuntahkan album debut Irama Penendang Bokong (2016), Seliar Binatang (2018) dan terakhir Distopia (2021). Sedikit informasi, dokumenter tersebut diproduksi secara mandiri.

13 menit berlalu, ruangan yang sebelumnya gegap gempita berubah drastis dengan kilauan lampu neon, menerangi panggung berlatar lagu ‘Ejakulasi’, ‘Enyah’, dan ‘Keluh’ yang dimainkan tanpa sekat. Gerry dari barisan depan mempersenjatai diri dengan gitar Epiphone SG + Epiphone Korina Flying V, lengkap dengan sepatu bot dan celana jeans. Gilang dibarisan tengah dengan bass Sequier Jaguar, Dan Bayu dengan set drum yang siap menabuhkan 30 lagu lebih di perayaan sakral ini.

Awalnya Dirty Ass band yang diproyeksikan untuk sekadar senang-senang, namun selalu diniatkan semoga jadi jangka panjang. Kita pun selalu konsisten untuk ngeband, pokoknya harus punya rilisan fisik dan harus album penuh. Ternyata setelah melewati banyak fase enggak kerasa sudah 10 tahun,” ucap Gerry dalam Tandang Tamu Enamdua.

Bukan hanya amunisi dari album terbaru saja, para penonton pun dibuat lebih bahang dengan beberapa amunisi karat, seperti ‘Salbutamol 2mg’, ‘Usang’, ‘hingga ‘Sunat Akal Massal’ dari album Seliar Binatang.

Para penonton disuguhi gemerlap lampu neon dalam perhelatan ‘Menandang Bokong Showcase’. (Sumber: ku.mi.usik)
Suasana semakin menganas saat Dirty Ass membawakan beberapa tembang dari album lampaunya. (Sumber: ku.mi.usik)

Tak sendiri, dalam perayaan satu dekade, Dirty Ass juga mengundang ke atas panggung beberapa kawan, mulai dari Surya (ex bassis), Lutfi (Tabraklari), Ridwan (Rejected Kids), Dio (Durant Club) dan Yoga (Karvngnyavva), Anjar (The Regards) membawakan tembang nostalgia, seperti ‘Kabar Baik?’, ‘Lagu Pengantar Mabuk’, ‘Kickass Johnny’ dan ‘1234’.

Menurut gue si Gerry punya andil besar juga untuk band ini, bisa terus bertahan dan berkembang,” tutup Bayu.

Total 38 amunisi ditembakkan di malam perayaan satu dekade Dirty Ass. Begitu intim dan penuh baku hantam bisa dikatakan. Namun satu yang pasti, sisa keringat dari masing-masing personel, crew dan para penonton yang datang malam itu menjadi saksi kebuasan Dirty Ass. Band yang kini berusia satu dekade, konsisten menjajakan irama penendang bokong, lirik seliar binatang, dan potret seapik distopia!