Interviu Bersama Kanatal: Bahasa Indigenos dalam Musik Tradisional Taiwan

MELAFAZKAN bahasa Ibu secara tangkas, terhubung dalam balutan irama otentik dari akar sebuah budaya serta merepresentasikan dengan begitu rupawan. Kelompok asal Taiwan ini sukses mempersembahkan keseluruhan elemen tersebut secara mendalam dan nyaris sempurna. Perkenalkan Tanatal (dibaca: ga-na-tal)

Empat musisi pribumi dengan latar belakang multietnis saling melengkapi satu sama lain. Serta disatukan oleh melodi apik dari musik yang dihasilkan. Kanatal yang diartikan pulau dalam bahasa Amis ini memberikan harmoni eksplosif yang berani melintasi batas. Silahkan tonton penampilannya dari laman di bawah ini:

Our music holds stories and societal topics, allowing listeners to easily learn about what is happening around the world, ungkap Kanatal kepada ku·mi·usik mengungkapkan arti dari irama musik yang dimainkan.

Seperti takdir yang sudah dihunuskan, para personel Kanatal saling bertemu dan menyatukan pikiran dengan visi dan misi selaras keyakinan yang dimiliki. Membawakan identitas selayaknya yang dianut, dipelajari, dan dihatamkan dalam musik.

Tak perlu membuang waktu lebih, ku·mi·usik berkesempatan untuk mewawancarai Kanatal pada 12 November 2022:

ku·mi·usik:  May introduce Kanatal? (Bisa perkenalkan Kanatal?)

Kanatal: Kanatal [ga-na-dal] means ‘island’  in the Amis language, referring to the small island of Taiwan. Four talented Indigenous musicians come together with their multi-ethnic backgrounds, the epitome of an island society, creating explosive harmony that boldly crosses borders. The core of Kanatal’s creative direction lies in the relationship between people and nature. From self-identity to ethnic integrity, music allows them to break through the constraints of language, race, and geography. The members explore their own ethnic backgrounds from an international perspective, discovering new dialogues with the world. 

(Kanatal (ga-na-dal) berarti ‘pulau’ dalam Bahasa Amis, merujuk ke sebuah pulau kecil di Taiwan. Empat musisi pribumi berbakat bersatu dengan latar belakang multietnis mereka, simbol masyarakat kepulauan, menciptakan harmoni eksplosif yang dengan berani melintasi batas. Inti dari arah kreatif Kanatal terletak pada hubungan antara manusia dengan alam. Dari identitas diri ke integritas etnis, musik memungkinkan mereka untuk menembus batasan bahasa, ras, dan geografi. Para personil menjelajahi latar belakang etnis mereka sendiri dari perspektif internasional, menemukan dialog baru dengan dunia)

There’s no rigid work division in Kanatal—everyone can be the lead singer. With a flexible formation, Kanatal not only experiments with musical genres, they also tell stories informed by their own complex identities and lived experiences. They are committed to creating world music that can be mainstream yet remain unique. The concept of Kanatal is not just limited to the ‘island’ iit encompasses all human beings. 

(Tidak ada pembagian kerja yang kaku di Kanatal—semuanya bisa jadi penyanyi utama. Dengan formasi yang fleksibel, Kanatal tidak hanya bereksperimen dengan genre musik, tapi juga menceritakan kisah-kisah yang ditunjukkan oleh identitas kelompok dan pengalaman hidup kami sendiri. Kami berkomitmen untuk menciptakan dunia musik yang mengikuti arus namun tetap unik. Konsep dari Kanatal sendiri tidak hanya terbatas pada ‘pulau’, tetapi mencakup semua manusia)

ku·mi·usik:  So, what do you call the kind of music that Kanatal create? (Jadi, kalian sebut apa musik yang tercipta di Kanatal?)

Kanatal: We collectively refer to it as world music. Of course, we tell everyone it’s a music genre that blends together the different languages and musical styles of Indigenous people.

(Kami secara kolektif menyebutnya musik dunia. Tentu saja kami memberi tahu semua orang bahwa musik kami termasuk genre musik yang memadukan berbagai bahasa dan gaya musik masyarakat adat)

ku·mi·usik:  Can you tell us how the process of making songs works in Kanatal? (Bisa ceritakan bagaimana proses menciptakan lagu di Kanatal?)

Kanatal: Our feelings are very important, as the creative process begins with a story or event that we’ve all experienced together, and the dialogue from our discussions is transformed into a melody. For instance, we drew inspiration from the stories of language loss and environmentalism that we share with the Indigenous peoples of Canada. Sometimes we create music independently, letting our emotions guide us. We then share our creations in jam sessions, which often leads to creation through collaboration, and then the songs begin to take shape. 

(Perasaan kami sangat penting, karena proses kreatif kami dimulai dengan kisah atau peristiwa yang kami semua alami bersama, dan dialog dari diskusi kami diubah menjadi melodi. Misalnya, kami mendapat inspirasi dari kisah hilangnya bahasa dan lingkungan hidup yang kami bagikan dengan masyarakat asli Kanada. Terkadang kami membuat musik secara mandiri, membiarkan emosi yang membimbing kami. Kami kemudian berbagi ide pada saat latihan bersama, yang sering berakhir menghasilkan kreasi melalui kolaborasi, dari situ lah kemudian lagu kami mulai terbentuk)

ku·mi·usik:  And what are the lyrics that you create mostly talked about as regards? (Dan kebanyakan lirik membicarakan tentang apa?)

Kanatal: Our lyrics are often about Indigenous life, such as the happenings of our tribes, the scenery of farmland, the teachings of elders, as well as issues on language, land, and rights, but these are all things we’ve encountered ourselves. On our recent trip to North America, we heard numerous tales about the local Indigenous peoples, and were saddened by the grief that they live with. We incorporated these stories into our music so that they can be heard by a larger audience. It is also an invitation to join us in prayer for these traumatizing events, and to soothe the pain of the survivors.

(Lirik kami banyak berbicara tentang kehidupan adat, seperti kejadian yang ada di suku kami, pemandangan tanah pertanian, petuah orang tua, serta masalah bahasa, tanah, dan hak manusia, tapi semua itu adalah hal yang kami temui sendiri. Dalam perjalanan kami baru-baru ini ke Amerika Utara, kami mendengar banyak cerita tentang masyarakat adat setempat, dan kami sedih dengan duka yang mereka jalani. Kami memasukkan cerita-cerita ini ke dalam musik kami sehingga dapat didengar oleh audiens yang lebih luas. Lirik kami juga merupakan ajakan untuk bergabung bersama kami dalam doa untuk peristiwa traumatis ini, dan untuk menenangkan trauma para penyintas)

ku·mi·usik:  All of the members was amazing! Can you tell how you meet each other and decide to create Kanatal? (Semua personel begitu luar biasa! Bisa ceritakan bagaimana kalian mengenal satu sama lain dan memutuskan untuk membentuk Kanatal?)

Kanatal: I first met Abus Tanapima of the Bunun tribe at a music contest where I was the judge. After hearing her voice, I was very impressed. Afterwards, she became my protégé, and I also discovered her exceptional songwriting abilities. I became acquainted with Masaw Ali of the Atayal tribe through a collaboration, where he was the guitarist while I was the cellist. Through our conversation, I learned that he has been diligently practicing fingerstyle guitar. He is very easygoing and humble, and never too proud to ask for advice. I believe his personality is vital in keeping peace within our band. Vaqacun Kalevuwan of the Paiwan tribe taught himself drumming with his own sense of rhythm at a young age.

(Aku pertama kali bertemu Abus Tanapima dari suku Bunun di sebuah kontes musik di mana aku menjadi jurinya. Setelah mendengar suaranya, aku sangat terkesan. Setelah itu, dia menjadi anak didikku, dan aku juga jadi menemukan kemampuan menulis lagunya yang luar biasa. Aku jadi kenal dengan Masaw Ali dari suku Atayal melalui sebuah kolaborasi, di mana dia menjadi gitaris dan aku menjadi pemain celo. Lewat obrolan kami, aku tau bahwa dia sedang dengan giat berlatih gitar fingerstyle. Dia sangat ramah dan rendah hati dan tidak pernah segan untuk meminta nasihat. Aku percaya kepribadiannya sangat penting dalam menjaga perdamaian di dalam band kami. Vagacun Kalevuwan dari suku Paiwan belajar bermain drum dengan ritmenya sendiri sejak masih kecil)

When I first heard him on the drums, it was as if he and the instrument were the same entity. While he may be a bit unsure of himself, as soon as I saw him perform, I was eagerly anticipating playing on the same stage with such an accomplished musician. His devotion to music makes him the core of the team. As for myself, I am Suana Emuy Cilangasay of the Amis tribe. I have encountered many enchanting things in my life, just like our group, turning our love of music into a language to communicate with the world. 

(Ketika pertama kali mendengarnya bermain drum, aku merasa seolah-olah dia dan intstrumen tersebut adalah sebuah kesatuan. Sementara dia mungkin sedikit tidak percaya diri, sesaat setelah aku melihatnya tampil, aku dengan penuh semangat mengantisipasi untuk bermain di panggung yang sama dengan musisi yang begitu hebat seperti dia. Sedangkan aku sendiri adalah Suana Emuy Cilanasay dari suku Amis. Aku telah menemukan banyak hal menakjubkan di dalam hidup, seperti band ini; mengubah kecintaan kami pada musik ke dalam sebuah bahasa untuk berkomunikasi dengan dunia)

ku·mi·usik:  What you wear in every appearance is so satisfying, is that a traditional dress, can you explain about it? (Apa yang kalian pakai begitu memuaskan, apakah itu baju tradisional, bisa jelaskan tentang itu?)

Kanatal: Sometimes we wear our full set traditional regalia, other times we mix and match with modern clothing. Within our band, Bunun clothing is minimalist with dark tones, with diamond patterns that represent hundred-pace vipers, often adorning the head scarves and headdress of women. Atayal clothing, which is predominantly white and red, also have many diamond patterns, but they represent the eyes of their ancestors’ souls, rather than venomous snakes.

(Terkadang kami memakai kostum tradisional kami, terkadang kami memadumadankannya dengan pakaian modern. Dalam band kami, pakaian Bunun minimalis dengan nada gelap, dengan pola berlian yang mewakili ular berbisa, sering menghiasi kerudung dan hiasan kepala wanita. Pakaian Atayal, yang didominasi warna putih dan merah, juga memiliki banyak corak berlian, namun melambangkan mata jiwa nenek moyang mereka, bukan ular berbisa)

The Paiwan tribe wear dark clothing with many ornaments. Since there are nobles and civilians in their culture, those in more prominent positions wear more resplendent clothing, and have more feathers in their headdress. Vagacun Kalevuwan hails from a civilian family, which explains his relatively plain clothing, but it is still very intricate in the standards of Taiwanese indigenous clothing. Amis clothing consists of many parts and dazzling colours, with slight variances among different villages. The example I wear originates from the Falangaw tribe, with neon pink as its primary color. 

(Suku Paiwan memakai pakaian gelap dengan banyak ornamen. Karena dalam budaya mereka ada bangsawan dan masyarakat biasa, mereka yang berada di posisi yang lebih menonjol mengenakan pakaian yang lebih gemerlap dan memiliki lebih banyak bulu di hiasan kepala mereka. Vagacun Kalevuwan berasal dari keluarga biasa, itulah kenapa pakaiannya relatif sederhana, tetapi masih sangat rumit dalam standar pakaian pribumi Taiwan. Pakaian Amis terdiri dari beberapa bagian dan warna yang gemerlap, dengan sedikit perbedaan antara desa yang berbeda. Contoh pakaian yang aku kenakan berasal dari suku Falangaw, dengan neon pink sebagai warna dasarnya)

ku·mi·usik:  Please tell us more about your debut ‘Current’? How the process? And like we know the record is came up in the middle of this pandemic. (Tolong ceritakan tentang debut album ‘Current’? Bagaimana Prosesnya? Dan seperti yang kita tahu album itu rilis di tengah pandemi?)

Kanatal: Current” was completed before our tour, beginning with the story of each member, and reflects four distinct sets of emotions before the tour. 

“Peace” is a song about our connection with nature. We as people are a product of nature, but have become greedy and selfish because of things we have learnt. If we learn to be content, peace will return to earth. “Don’t lie” is a lesson to young tribespeople who have gone off to work in the city, told from the perspective of elders. While there may be abundant opportunities in the outside world, it is also rife with deceit and treachery, and it’s okay to go back home if things get too tough.

(“Current” sudah rampung sebelum tur kami, dimulai dengan kisah masing-masing personel, dan mencerminkan empat rangkaian emosi yang berbeda sebelum tur. “Peace” adalah lagu tentang hubungan kami dengan alam. Kita sebagai manusia adalah produk alam, tetapi menjadi serakah dan egois karena hal-hal yang telah kita pelajari. Jika kita mau belajar untuk merasa puas, kedamaian akan kembali ke bumi. “Don’t lie” adalah sebuah pelajaran bagi pemuda suku yang pergi bekerja ke kota, diceritakan dari sudut pandang para tetua. Sementara mungkin ada banyak peluang di dunia luar, ada banyak juga tipuan dan pengkhianatan, maka tidak apa-apa untuk kembali ke rumah jika keadaan menjadi terasa sulit)

Don’t lie to elders about living well or forget the tribe you grew up in. “Flame” is a song about the tribe gathering around a bonfire at night to pray for a bountiful harvest. We are gathered around the flame to show gratitude to our ancestors for the bountiful crops. We work hard day after day, hoping for the continued protection of our ancestors. From now on, we shall sing and dance to thank our ancestors for their protection. “The Call” tells the story of a girl trying to find her true self in between modern and traditional culture. She feels the force of life and her ancestors, as well as a song goddess, are living within her and watching over her, calling out to her. No matter her identity, she will never lose track of herself in this chaotic world. We experienced many struggles in this pandemic, and it took a lot of effort to piece together our music. We had to frequently communicate online to outline each song in our album. Then we spent the least amount of time together as possible to rehearse and record our music. 

(Jangan berbohong kepada orang tua tentang hidup yang nyaman atau melupakan suku tempat kita dibesarkan. “Flame” adalah lagu tentang suku yang berkumpul di sekitar api unggun dan berdoa untuk panen yang melimpah. Kami dikumpulkan di sekitar api untuk menunjukkan rasa syukur kepada para leluhur untuk tanaman yang melimpah. Kami bekerja dengan keras hari demi hari, berharap perlindungan yang terus-menerus dari leluhur kami. Dari sekarang, kami akan bernyanyi dan menari untuk berterimakasih kepada para leluhur kami atas perlindungan mereka. “The Call” bercerita tentang kisah seorang perempuan yang berusaha mencari jati dirinya di antara budaya tradisional dan modern. Ia merasakan kekuatan hidup dan para leluhurnya, juga dewi lagu yang hidup di dalam dirinya, yang mengawasinya dan memanggilnya. Tidak peduli tentang identitasnya, dia tidak akan pernah kehilangan jejak dirinya di dunia yang kacau ini. Kami mengalami banyak rintangan saat pandemi ini, dan butuh banyak usaha untuk menyatukan musik kami. Kami harus sering-sering berkomunikasi secara daring untuk menguraikan setiap lagu di album kami. Lalu kami menghabiskan sisa waktu kami yang sangat sedikit untuk berlatih dan merekam musik bersama)

ku·mi·usik:  Do you have any favorite / recommendation place to eat, in case I came to your place one day? Tell me where I could go to get a taste of your local food? (Apa kalian mempunyai rekomendasi kuliner?)

Kanatal: I enjoy the creative cuisine of the Indigenous people, made from our traditional ingredients. The Shrimp Plant Diner of the Rukai tribe in Wutai, Pingtung are experts of these kinds of recipes. Their dishes such as duck breast with green bean pesto, red quinoa and catjang pea cheese and a-bai (glutinous rice and pork wrapped in leaves) are all very tasty. 

(Aku menikmati masakan kreatif masyarakat adat yang dibuat dari bahan-bahan tradisional. Masakan mereka seperti dada bebek dengan pesto kacang hijau dan quinoa dan keju kacang polong dan a-bai (beras ketan dan daging babi yang dibungkus daun), rasanya sangat lezat)

ku·mi·usik:  With Kanatal are there any specific messages that you want to convey to your music lover? (Bersama Kanatal apakah ada pesan tertentu yang ingin kalian berikan kepada penggemar?)

Kanatal: Many things in this world are slowly fading away. In Indigenous culture, language is an important aspect of cultural succession. We write songs in our traditional languages to reach out to a greater audience while simultaneously unearthing more stories. During our Canadian tour, we met many Indigenous friends who, like us, are preserving their culture through education, apps, music, and other channels. By doing so, we proudly tell the world that we have been living here all along and this will never change. We also hope that our listeners can discover more stories with us, and sing together to this world in an unwavering voice. 

(Banyak hal di dunia ini yang perlahan memudar. Dalam budaya pribumi, bahasa merpakan aspek penting bagi warisan budaya. Kami menulis lagu dalam bahasa tradisional kami untuk menjangkau audiens yang lebih besar sekaligus menggali lebih banyak cerita. Selama tur Kanada, kami bertemu banyak teman-teman pribumi yang, seperti kami, melestarikan budaya mereka lewat pendidikan, aplikasi, musik, atau saluran lain. Dengan melakukan itu, kami dengan bangga memberi tahu dunia bahwa kami telah tinggal di sini selama ini dan tidak akan pernah berubah. Kami juga berharap para pendengar kami dapat menemukan lebh banyak cerita bersama kami, dan bernyanyi bersama untuk dunia ini dengan suara yang tidak tergoyahkan)

ku·mi·usik:  Last question. What is your view on the costs that the pandemic has brought to the world and how do you see art and music in this new era? (Bagaimana pandangan kamu tentang biaya yang ditimbulkan oleh pandemi ke dunia dan bagaimana kamu melihat seni dan musik di era baru ini?)

Kanatal: High-speed internet has created new cultural structures, ways to influence others, ways to speak up in mainstream media. While music used to be marketed with record sales, it is now consumed much more rapidly. We may be able to hear many new songs, but none can leave a lasting impression. There are pros and cons to this, and it is something that we have to adapt to in this day and age. If we create something that is long-lasting and able to create a dialogue with others, then this is perhaps another channel of communication that overcomes barriers. In this new era, things are gradually departing from traditional frameworks, and are being interpreted in new ways. From art to music, or even nature and politics, there are more ways to begin a conversation. Perhaps in the new age, art does not only have to be about art, but should rather be approached from a broader and holistic perspective to create dialogue with the world.

(Internet berkecepatan tinggi telah menciptakan struktur budaya baru, cara untuk mempengaruhi orang lain, cara untuk berbicara di media mainstream. Sementara musik dulu dipasarkan dengan rekor penjualan, sekarang dapat dikonsumsi jauh lebih cepat. Kita mungkin bisa mendengar banyak lagu baru, tapi tidak ada yang bisa meninggalkan kesan abadi. Ada pro dan kontra untuk hal ini, dan itu adalah hal yang harus kita adaptasi di zaman sekarang. Jika kita menciptakan sesuatu yang tahan lama dan mampu menciptakan dialog dengan orang lain, maka ini mungkin cara komunikasi lain yang mengalahkan batasan. Di era baru ini, hal-hal secara bertahap berangkat dari kerangka tradisional, lalu ditafsirkan dengan cara baru. Dari seni hingga musik, atau bahkan alam dan politik, ada lebih banyak cara untuk memulai percakapan. Mungkin di era baru ini, seni tidak harus hanya tentang seni, tetapi harus didekati dari perspektif yang lebih luas dan holistik untuk menciptakan dialog dengan dunia)

Mungkin hanya sedikit ini saja informasi yang bisa gue bagikan tentang Kanatal. jangan lupa share dan comment ya kawan-kawan.


Penerjemah   : Instagram/@farahfaw

Kontak.

Website          : https://kanatal.tint-music.tw/

Facebook       : https://www.facebook.com/KanatalMusic

Twitter           : https://twitter.com/KanatalMusic

Instagram      : https://www.instagram.com/kanatalmusic/