Interviu Bersama PALM: 20 Tahun Aur Intensitas Hardcore Punk

TERLAHIR dari gelapnya bawah tanah Osaka, Jepang pada 2000 silam. Unit yang telah berusia lebih dari dua dasawarsa ini, telah meneror hampir seluruh belahan dunia. Sebut saja Eropa, Asia Tenggara, hingga negeri dengan julukan ‘Paman Sam’. Perkenalkan PALM

Diseminasi horor berlandaskan irama hardcore metalik terus berkembang, hingga PALM memutuskan untuk berhenti. Unit yang saat ini dihuni oleh Toshihiko Takahashi (vokal), Akira Inada (gitar dan vokal), Kenta Nakanishi (drum), dan Will de Monchaux (bass) juga telah merilis beberapa lagu kompilasi di pelbagai negara.

Menghunus kengerihan ketukan hardcore, berbalut distorsi kasar dengan bumbu-bumbu groove/thrash/metalcore, hingga pola rumit dentuman drum. PALM efektif menyerap aura penonton di setiap pertunjukkannya, serta mengubahnya dalam ledakan aliran energik hingar-bingar.

Kembali ke 2018, PALM merilis materi LP terbaru bertajuk ‘To Live Is To Die, To Die Is To Live’. Merayakan hal tersebut, mereka mengadakan ‘Southeast Asia Tour 2018’ bertandang ke beberapa negara di Asia Tenggara, termasuk kota Jakarta, Indonesia pada November 2018. Bertempat di Rossi Fatmawati, Jakarta Selatan, PALM tampil tanpa band pembuka.

Poster PALM ‘Southeast Asia Tour 2019’. (uniteasia.org)

PALM juga melakukan tur secara ekstensif ke Australia, Eropa, Amerika Serikat dan Asia Tenggara dalam kurun waktu 10 tahun kebelakang. Tur ini termasuk penampilan di ‘Punk Illegal Festival 2010’ di Swedia, ‘Chaos in Tejas 2013’ di Amerika Serikat, dan ‘Obscene Extreme’ di Republik Ceko pada 2016.

ku·mi·usik melakukan wawancara bersama Toshihiko Takahashi vie surel pada (14/12/2021). Silahkan dinikmati:

ku·mi·usik: May you introduce your band? (Bisa perkenalkan bandmu?)

Toshihiko Takahashi: We are a band called PALM, active in Japan. We have been active for about 20 years and have released 3 albums, 2 7’ep’s and 1 CD ep. We’ve played shows with many bands in Japan, USA, Euro, Australia, S.E ASIA and many other countries and cities.

(Kami adalah band bernama PALM yang aktif di Jepang. Kami telah tergabung selama sekitar 20 tahun dan telah merilis 3 album, 27 EP dan 1 CD EP. Kami juga telah memainkan banyak pertunjukan dengan band-band dari Jepang, Amerika Serikat, Eropa, Australia, Asia Ternggara, dan banyak negara dan kota lainnya)

ku·mi·usik: So, what do you call the kind of music that PALM created? (Jadi, kamu sebut musik yang PALM ciptakan?)

Toshihiko Takahashi: PALM’s music contains so many different elements that it’s very difficult to put it into a single genre. We’ve been referred to as HARDCORE, METAL, CHAOTIC HARDCORE, METAL PUNK, GRIND…etc. But personally, I don’t care what you call it or what genre it is, and I hope that people will interpret it as they feel. But the band’s identity and attitude as a mindset is completely formed in the spirit of hardcore and punk.

(Musik PALM mengandung begitu banyak elemen berbeda sehingga sangat sulit untuk memasukkannya ke dalam satu genre. Kami sering disebut hardcore, metal, chaotic hardcore, metal punk, grind, dsb… tapi secara pribadi, aku tidak peduli orang-orang menyebut apa atau genre apa, aku hanya berharap orang menafsirkannya sesuai dengan perasaan mereka. Namun identitas dan sikap band sesuai pola pikir kamisepenuhnya terbentuk dalam semangat hardcore dan punk)

ku·mi·usik: Can you tell us how the process of making songs in works in PALM? (Bagaimana proses pembuatan sebuah lagu di PALM?)

Toshihiko Takahashi: In the past, I would give the band members a rough idea of what I wanted the song to sound like, and then we would all arrange it in various ways and make it into one song. But recently, Kenta (Dr) and Akira (Gt) have been bringing in ideas so we’re in a really good position for song writing process.  So we feel that our next album will be better than the previous ones.

(Dulu, aku memberikan para personil yang lain sebuah ide kasar tentang seperti apa lagu yang aku inginkan, kemudian kami semua akan mengaransemennya dengan berbagai cara dan membuatnya menjadi satu lagu. Namun baru-baru ini, Kenta (drummer) dan Akira (gitaris) juga ikut memberikan ide, sehingga kami saat ini ada di posisi yang tepat untuk proses penulisan lagu. Jadi kami merasa album kami selanjutnya akan lebih baik dari yang sebelumnya)

ku·mi·usik: After PALM last record ‘To Live Is to Die, To Die Is To Live’ (2018) any new material coming up? (setelah album terakhir 2018, apakah ada materi baru yang akan datang?)

Toshihiko Takahashi: We’ve also released a 2 song conceptual CD last year called ‘NOT ep’. In the meantime we have a new 7’ep coming out next year which we will be recording soon and there is some talk of a split record but I’m not sure what will happen yet. We’re hoping to release a new full-length album next year or the year after that.

(Tahun lalu kami juga telah merilis CD konseptual 2 lagu berjudul ‘Bukan EP’. Sementara itu kami memiliki 7 EP baru yang keluar tahun depan yang akan segera kami rekam, dan juga beberapa pembicaraan tentang split album, tapi belum pasti. Kami berharap bisa merilis album penuh baru tahun depan atau setelahnya)

ku·mi·usik: With PALM, are there any specific messages that you want to convey to your music lover? (Dengan PALM, apakah ada pesan tertentu yang ingin disampaikan kepada para penikmat musikmu?)

Toshihiko Takahashi: I don’t have any specific messages that I would like to convey to music lovers, because I think that each one of them has already been exposed to a lot of music and songs and has received messages that touch them in different ways. What I can say is that if there is an artist or scene that you want to support, support them by buying as much physical material and merch as you can. That support will always be returned in the form of great music and an environment that everyone can enjoy.

(Aku tidak punya pesan khusus yang ingin aku sampaikan kepada para pencinta musik kami, karena menurutku masing-masing dari mereka telah terpapar banyak musik dan telah menerima pesan yang menyentuh bagi mereka dengan cara yang berbeda. Yang bisa aku katakan adalah jika ada artis atau panggung yang ingin kalian dukung, dukunglah mereka dengan membeli material fisik dan merch sebanyak yang kalian bisa. Dukungan tersebut akan selalu kembali menjadi musik yang bagus dan lingkungan yang bisa dinikmati semua orang)

ku·mi·usik: Last question. What is your view on the costs that the pandemic has brought to the world and how do you see art and music in this new era? (Bagaimana pandangan kamu tentang biaya yang ditimbulkan oleh pandemi ke dunia dan bagaimana kamu melihat seni dan musik di era baru ini?)

Toshihiko Takahashi: It’s really hard for artists, promoters, backstage staff and many other people who are involved in this industry because they can’t tour…. It’s a lot of problems, but it’s also a bit of a good thing for me personally, because it gives me time to face myself again, to look at the world objectively and think about it. I think that art and music are always a ray of light that comes out of the chaos of people’s lives, politics and society, so I’m positive that things are going to get more interesting.

(Sangat sulit bagi artis, promotor, staf belakang panggung, dan orang-orang yang terlibat dalam industri ini karena mereka tidak dapat melakukan tur… ada banyak masalah yang muncul, tapi ada juga sedikit hal baik bagiku pribadi, karena pandemi ini memberiku waktu untuk menghadapi diri sendiri lagi, untuk melihat dunia secara objektif dan memikirkannya. Menurutku seni dan musik selalu menjadi pancaran cahaya yang keluar dari kekacauan kehidupan, politik, dan masyarakat, jadi aku yakin semuanya akan menjadi lebih menarik setelah ini)

Mungkin hanya sedikit ini saja informasi yang bisa gue bagikan tentang PALM, jangan lupa share dan comment ya kawan-kawan.


Penerjemah   : Instagram/@farahfaw

Kontak.

Website          : http://palmjpn.com/

Facebook       : https://www.facebook.com/palmjpn/

Twitter           : https://twitter.com/palmjp

Instagram      : https://www.instagram.com/palmjapan/

Bandcamp     : https://palmjap.bandcamp.com/