Interviu Bersama The Space Lady: Jayalah Musik Antariksawan Asing

(PENAFIAN), mungkin artikel yang ditulis kali ini akan mengambil banyak referensi dari tulisan bertajuk ‘The Space Lady Has Landed’ oleh Gordon Lamb.

Pemilihan artikel tersebut tentunya memiliki alasan yang tak lain dan tak bukan yakni minimnya arsip tentang musisi ‘antik’ yang lahir di Colorado, Las Minas, Amerika Serikat. Begitu antik sehingga ini merupakan tulisan yang istimewa (terutama bagi penulis).

Lahir bernama lengkap Susan Dietrich Schneider, beliau sudah memulai karier bermusiknya secara mandiri sejak 1970 sampai sekarang. Setelah menamatkan kuliahnya di Universitas Colorado pada 60an, ia memutuskan pindah ke San Francisco dan bertemu dengan calon suaminya, Joel Dunsany. Dari pernikahannya tersebut, Susan dikaruniai tiga anak dan akhirnya mengambang di antara Boston dan San Francisco untuk mendukung pertunjukan jalanan dari Susan aka The Space Lady.

Dirinya sempat memutuskan untuk pensiun di musik pada 2000 silam sepeninggalan mendiang sang suami Joel Dunsany, sejak itu ia kembali ke Colorado yang menjadi perawat hingga pada 2009 bertemu dengan Eric (suaminya saat ini), sekaligus memutuskan untuk kembali bermusik di 2012, musim semi berikutnya, pada usia 66, Susan kembali menjalani konser pertamanya hingga sekarang.

Cukup tentang kehidupan Susan. The Space Lady membawakan musik astral dari luar angkasa dengan begitu sahih, beberapa orang bahkan menjulukinya dengan ‘Outsider Music’.

My music has fallen into the genre of Outsider Music, a term coined by the producer of Songs in the Key of Z, Irwin Chusid. Until I learned of that category I felt more like an outcast, so I embrace it fully and happily,ungkap Susan kepada ku·mi·usik.

Bukan dari segi musik saja yang begitu ‘luar angkasa’, dalam setiap penampilannya The Space Lady selalu menggunakan atribut unik berupa helm viking dengan hiasan sayap putih di kanan dan kirinya, serupa dengan karakter Obelix di komik Asterix & Obelix.

Perasaan yang sama persis kembali datang saat pertama kali Susan membalas surel dari penulis. Tidak disangka ia pun membalasnya dengan begitu sopan, serta mengiyakan tawaran untuk sedikit wawancara. Walaupun sempat meminta diundur karena kesibukannya dalam tur, namun ia benar-benar menyanggupi untuk menerima wawancara ini. Silahkan dinikmati artikel istimewa ke-130 dari ku·mi·usik bersama Susan Dietrich Schneider alias Suzy Sounds alias The Space lady pada 8 Agustus 2022:

ku·mi·usik: I know this is a ridiculous question, but may introduce yourself? (Bisa perkenalkan dirimu?)

Susan Dietrich: My name is Susan and I am a human being who lives in Colorado, USA. However, when I don the famous blinking Winged Helmet and begin to play my ethereal music, I become The Space Lady.

(Namaku Susan, aku seorang manusia yang tinggal di Colorado, AS. Tapi, ketika aku mengenakan helm bersayapku yang terkenal dan mulai memainan musikku yang lembut, aku menjadi The Space Lady)

ku·mi·usik: Can you tell us how the process of making songs works? (Bagaimana proses pembuatan sebuah lagu?)

Susan Dietrich: The process I use to make a cover song work is, first, determine that it has a positive or important message, has a beautiful melody, and isn’t too difficult for me to interpret. When I’m writing a song of my own I depend on my Muse to give me inspiration, or a cause to write about. I write the lyrics first, then figure out a tune, usually using my acoustic guitar first, then transferring the song to my keyboard if possible. If not, they remain guitar songs.

(Proses yang aku gunakan untuk membuat cover lagu adalah, pertama, tentukan bahwa lagu tersebut memiliki pesan positif atau penting, memiliki melodi yang indah, dan tidak terlalu sulit untuk ditafsirkan. Ketika aku menulis laguku sendiri, aku bergantung pada pikiranku untuk mendapatkan inspirasi, atau alas an untuk menulis. Aku menulis liriknya dulu, kemudian mencari nada, biasanya menggunakan gitar akustikku terlebih dahulu, baru mentransfer lagu tersebut ke keyboard jika memungkinkan. Jika tidak, lagu tersebut tetap menjadi lagu gitar)

ku·mi·usik: And what are the lyrics that you create mostly talked about as regards? (Kebanyakan lirik yang tercipta, berbicara tentang apa?)

Susan Dietrich: My lyrics are usually inspired by a topic I feel absolutely compelled to write about. For instance, my song Cap’n Jack is about an indigenous American tribal chief who defeated the U.S. Army in the hearts and minds of people around the globe. I wrote The Next Right Thing about climate change as a love song to Mother Earth, as well as a call to action. I also wrote Oh Brave New World about climate change in the wake of Donald Trump’s disastrous election, but ending the song with an uplifting message. Most recently I’ve written my darkest song ever, Dirge for Devilman, about a man we all know who seemingly has a heart of stone. Writing it was an effective way of purging myself of negative emotions unbefitting a messenger of love and peace, as The Space Lady purports to be. I think putting even our worst thoughts into words — and sharing them with others — is the best form of self-therapy. That way we discover we’re not as alone as we may have thought. Punk, hiphop, and rap artists do the same with their very poetic social commentary…and I dare say it has had a far bigger effect on culture than politics.

(Lirik lagu-laguku biasanya terinspirasi dari topik yang dirasa harus aku tulis. Contohnya, laguku yang berjudul Cap’n Jack berbicara tentang seorang kepala suku asli Amerika yang mengalahkan Angkatan Darat AS di hati dan pikiran orang-orang di seluruh dunia. Aku menulis The Next Right Thing tentang perubahan iklim sebagai bentuk cinta untuk bumi, juga sebagai sebuah aksi. Aku juga menulis Oh Brave New World tentang perubahan iklim setelah pemilihan penuh bencana Donald Trump, tapi aku mengakhiri lagu tersebut dengan pesan yang membangkitkan semangat. Baru-baru ini aku menulis lagu tergelapku, Dirge for Devilman, tentang seorang laki-laki yang kita semua tahu yang tampaknya memiliki hati yang keras. Menulis adalah cara efektif untuk membersihkan diri sendiri dari emosi negatif yang tidak sesuai dengan si pembawa pesan cinta dan damai, seperti maksud dari The Space Lady. Menurutku bahkan dengan memasukkan pikiran terburuk kita ke dalam kata-kata – dan membagikannya ke orang lain – adalah bentuk terbaik dari terap diri. Dengan cara tersebut kita bisa menemukan bahwa kita tidak sesendiri yang kita pikirkan. Artis punk, hiphop, dan rap melakukan hal yang sama dengan komentar social mereka yang sangat puitis… dan aku berani mengatakan bahwa hal tersebut memiliki penganruh yang lebih besar terhadap budaya daripada politik)

ku·mi·usik: Until today, how many songs or album have you made? (Sampai hari ini, sudah berapa lagu atau album yang kamu ciptakan?)

Susan Dietrich: I’ve recorded four albums: (1) The Space Lady’s Greatest Hits [NightSchool Records; reissued by Mississippi Records], (2) The Space Lady & Burnt Ones (a “split” album with 4 tracks by me on one side, 4 tracks by Burnt Ones on the other) [CastleRock Records], (3) The Space Lady’s Back (CD only), (4) Reissued as The Space Lady X-ing Australia (with one additional track of a BeeGees’ cover) [Self-released], (5) The Space Lady on the Street of Dreams [Mississippi Records.

(Aku telah merekam empat album: (1) The Space Lady’s Greatest Hits [Nightschool Records, diterbitkan ulang oleh Mississipi Records], (2) The Space Lady & Burnt Ones (album “split” dengan 4 lagu olehkudi satu sisi, 4 lagu oleh Burnt Ones di sisi lain) [CastleRock Records], (3) The Space Lady’s Back (hanya CD), (4) Diterbitkan ulang sebagai The Space Lady X-ing Australia (dengan satu lagu tambahan dari cover BeeGees) [dirilis sendiri], (5) The Space Lady on the Street of Dreams [Mississippi Records])

ku·mi·usik: Will Space Lady release a new album? (Apakah Space Lady akan merilis album baru?)

Susan Dietrich: I’m looking forward to releasing an album of new covers and originals, as well as an album of guitar songs…but I’m not in a rush. My albums seem to come to fruition in their own good time.

(Aku menantikan rilisnya album baru dari lagu cover dan original, juga album lagu-lagu gitar… tapi aku tidak terburu-buru. Album-albumku tampaknya akan membuahkan hasil pada waktunya sendiri)

ku·mi·usik: Do you have the secret to a healthy life? (Apakah kamu memiliki rahasia dalam berkehidupan sehat?)

Susan Dietrich: My secret to a healthy lifestyle is first and foremost, be happy — or to quote Joseph Campbell, “Follow your bliss!” I also recommend eating a plant-based diet, having a meditation routine, and quietly, passively, and reverently communing with nature every day.

(Rahasiaku untuk gaya hidup yang sehat yang pertama dan terpenting adalah, berbahagialah – atau mengutip dari Joseph Campbell, “Ikuti kebahagiaanmu!”. Aku juga menyarankan untuk makan makanan nabati, rutin bermeditasi, dan diam-diam, secara pasif, dan dengan rasa hormat, berkomunikasilah dengan alam setiap hari)

ku·mi·usik: With Your music are there any specific messages that you want to convey to your music lover? (Dengan musikmu, apakah ada pesan tertentu yang ingin disampaikan kepada para penikmat musikmu?)

Susan Dietrich: My specific message to my fans is THANK YOU for taking me and my music seriously!

(Pesan khususku untuk para penggemarku adalah TERIMA KASIH telah menganggap serius aku dan musikku!)

Mungkin hanya sedikit ini saja informasi yang bisa gue bagikan tentang The Space Lady, jangan lupa share dan comment ya kawan-kawan.


Penerjemah   : Instagram/@farahfaw

Kontak.

Facebook       : https://www.facebook.com/TheSpaceLadyMusic/

Instagram      : https://www.instagram.com/thespaceladymusic/?hl=en