Interviu Bersama Asagaya Romantics: Buaian Lembut Asa Romantis

TATKALA gulungan ombak ‘Japanese city pop’ menerjang seluruh dunia melalui jendela internet di akhir 2019 silam. Sebuah genre yang populer pada era 80an tersebut muncul kembali karena keabnormalan algoritma YouTube yang acap membawamu pada lagu ‘Plastic Love’ milik Mariya Takeuchi. Namun bila kita tarik mundur beberapa tahun kebelakang, terdapat sekelompok mahasiswa asal Tokyo, Jepang sepakat memuaikan harmoni irama pop koheren dengan nada-nada era 70 dan 80an, perkenalkan Asagaya Romantics (阿佐ヶ谷ロマンティクス).

Apa yang tercipta oleh Asagaya Romantics begitu lembut untuk didengarkan. Nada pop a la negeri sakura ini begitu menyentuh pikiran dan hati. Seperti menghadirkan potongan-potongan kenangan yang bisa membuatmu nyaman. Silahkan dengarkan melalui platform digital spotify:

Tanpa harus mengalah pada situasi, Asagaya Romantics memilih untuk terus berkarya selama pandemi, sampai pada pertengahan Januari 2022, mereka sempat merilis album keempat bertajuk 大人幻想 (Otona gensō).

Otona-Genso is our 3rd album, but it’s been 4years since we released the last one. We focused to make a better pop music without changing our songs dramatically from our last 2 albums,ungkap salah satu personel Kishi Tomoya kepada ku·mi·usik.

Saat ini, Asagaya Romantics memadukan musik pop nan nyaman bagi telinga, begitu lembut dan apik para pendengar mendengarkan alunan irama santai dari para mahasiswa ini. ku·mi·usik berkesempatan untuk mewawancarai Kishi Tomoya dari Asagaya Romantics pada 1 Juli 2022:

ku·mi·usik: May introduce your band? (Bisa perkenalkan band-mu?)

Kishi Tomoya: We are a group of 5 members. We were friends in the university and started this band in 2014.

(Kami band beranggotakan 5 orang. Kami adalah teman semasa kuliah dan kami memulai band ini sejak tahun 2014)

ku·mi·usik: So, what do you call the kind of music that you create? (Jadi, kamu sebut apa musik yang kamu ciptakan?)

Kishi Tomoya: I don’t really know what genre we are, but our music is often introduced as a pop music.

(Aku tidak tahu kami termasuk genre apa, tapi musik kami seringkali diperkenalkan sebagai musik pop)

ku·mi·usik: Can you tell us how the process of making songs works? (Bagaimana proses pembuatan sebuah lagu?)

Kishi Tomoya: Usually I bring melody and chords to the studio and jam it with everyone.

(Biasanya aku membawa materi melodi dan chords ke studio dan memainkannya dengan personil yang lain)

ku·mi·usik: And what are the lyrics that you create mostly talked about as regards? (Kebanyakan lirik yang tercipta, berbicara tentang apa?)

Kishi Tomoya: I think music is something that we rely on, so I be careful not to use strong languages. I’d rather write about a scene of everyday life because those time is peaceful. So most of my songs are based on a casual daily scenery.

(Menurutku musik adalah sesuatu yang kami andalkan, jadi aku berhati-hati untuk tidak menggunakan bahasa yang kuat. Aku lebih suka menulis tentang kegiatan sehari-hari karena momen tersebut adalah momen yang damai. Jadi kebanyakan laguku berdasar pada kejadian sehari-hari yang santai)

ku·mi·usik: Please tell us more about ‘Otona gensō’? How the process? And like we know the album is record in the middle of this pandemic. (Ceritakan lebih lanjut tentang debut ‘Otona gensō’, bagaimana prosesnya? Seperti yang kita tahu album ini dikerjakan di tengah pandemi seperti ini)

Kishi Tomoya: Of course, we took a long time to create 10 songs. And while creating these songs, there was a change of feelings or situation around us. Covid-19 also changed our minds and scenery. Countries all around the world were locked down and I felt that situation effected our feelings to be more separated. The world was in confusion and I remember aggressive words were used everywhere, everyday. I felt that sense of good and bad was being so vague and I didn’t like that. Everyone learned good things and bad things in school or from your parents, but as we grow up, we will see a lot of bad habits that are going on around the world. I wanted to make that sorrow into pop music. That’s when I got the idea of Otona-Genso. Everyone that got involved in this album’s recording is our friends and it was such a good time making these songs. I think the atmosphere that we had in the recording is expressed through the sounds.

(Tentu saja kami membutuhkan waktu yang lama untuk membuat 10 lagu. Dan saat menciptakan lagu-lagu tersebut, ada perubahan perasaan dan situasi di sekitar kami. Covid-19 juga mengubah pikiran dan pandangan kami. Negara-negara di seluruh dunia dikunci, dan aku merasa situasi tersebut membuat perasaan kami semakin terpisah. Dunia berada dalam kekacauan, dan aku ingat kata-kata kasar terdengar di mana-mana, setiap hari. Aku merasa bahwa perasaan baik maupun buruk terasa samar-samar, dan aku tidak menyukainya. Semua orang belajar hal-hal baik dan buruk di sekolah maupun dari orangtua, tapi ketika kita tumbuh dewasa, kita akan melihat banyak kebiasaan buruk yang terjadi di dunia. Aku ingin membuat kesedihan itu menjadi musik pop. Saat itulah aku mendapat ide tentang Otona-Genso. Semua orang yang terlibat dalam rekaman album ini adalah teman kami, dan ini adalah saat yang tepat untuk membuat lagu-lagu ini. Menurutku suasana yang kami miliki dalam rekaman ini diexpresikan melalui suara)

ku·mi·usik: With Your music are there any specific messages that you want to convey to your music lover? (Dengan musikmu, apakah ada pesan tertentu yang ingin disampaikan kepada para penikmat musikmu?)

Kishi Tomoya: I just want many people to simply listen to our songs. I’d be so happy if this album will be by your side  in daily life.

(Aku hanya ingin banyak orang mendengarkan lagu kami. Aku akan sangat senang jika albu ini ada di sisi kalian dalam kehidupan sehari-hari)

ku·mi·usik: Last question. What is your view on the costs that the pandemic has brought to the world and how do you see art and music in this new era? (Bagaimana pandangan kamu tentang biaya yang ditimbulkan oleh pandemi ke dunia dan bagaimana kamu melihat seni dan musik di era baru ini?)

Kishi Tomoya: Music industry has suffered tough times since gigs and live performances was restricted. But on the other hand, we recognized the importance of music. I think a lot of people realized that live music is fantastic. Music will be spent much faster since it is simply created these days. So that’s why I think the music that took time and effort will be reconsidered as a good music. You could say the same thing for record vinyl because the value of owning an actual music media is having a new understanding. But vinyl is becoming more and more expensive and having a speculative value is a concern. Records are not a stock.  I think It is something you can take easily and treasure it for a long time. So I think something that was taken time to be created will be someone’s essentials. We want to make those kinds of music and I wish more art and creation will be brought to the world.

(Industri musik mengalami masa-masa sulit sejak pertunjukan live dibatasi. Namun di sisi lain, kami menyadari pentingnya musik. Menurutku banyak orang yang menyadari bahwa pertunjukan musik live itu luar biasa. Zaman sekarang musik akan cepat tertinggal karena pembuatannya yang singkat dan sederhana. Itulah mengapa menurutku musik yang membutuhkan waktu dan usaha yang lebih lah yang bisa disebut musik yang bagus. Kita bisa mengatakan hal yang sama untuk album vinyl karena nilai memiliki media musik yang sebenarnya adalah untuk memiliki pemahaman baru. Tapi vynil menjadi semakin mahal, dan memiliki nilai spekulatif adalah hal yang penting. Album bukan hanya sekadar barang. Menurutku ia adalah sesuatu yang bisa kita dapatkan dengan mudah dan simpan dalam waktu yang lama. Jadi menurutku sesuatu yang membutuhkan waktu yang lama untuk diciptakan bisa menjadi sesuatu yang esensial untuk seseorang. Kami ingin membuat jenis musik seperti itu, dan aku harap akan ada lebih banyak seni dan kreasi yang lahir di dunia ini)

Mungkin hanya sedikit ini saja informasi yang bisa gue bagikan tentang Asagaya Romantics, jangan lupa share dan comment ya kawan-kawan.


Penerjemah   : Instagram/@farahfaw

Kontak.

Website          : https://asagayaromantics.weebly.com/

Facebook       : https://www.facebook.com/asagayaromantics/

Instagram      : https://www.instagram.com/asagayaromantics