Interviu Bersama Luby Sparks: Taburan Elok dalam Musik Bumantara

MENUNAIKAN imajinatif secara masif layaknya menerbangkan sarira ke dalam kelembutan awan putih di angkasa. Majas tersebut mungkin terdengar seperti para musisi asal barat (dibaca: shoegaze), yang memperdayakan klise dalam setiap liriknya.

Namun siapa sangka, hal tersebut pun bisa datang dari belantara bagian dunia lain. kelompok atau band yang tertulis dalam artikel ini menjanjikan ide brilian dengan segudang penyatuan elemen lainnnya yang tak kalah indah, berasal dari Tokyo, Jepang perkenalkan Luby Sparks.

Sebuah nama yang mengingatkanmu pada satu judul film karya Zoe Kazan, mungkin? Maka pemikiranmu tidak sepenuhnya salah.

Our band name ‘Luby Sparks’ was inspired by the American movie ‘Ruby Sparks’ (2012). Ruby Sparks is the name of a fictional character played by Zoe Kazan in this movie. I thought it was cool to name the band after an innocent girl who appeared in such an iconic movie. And I just like the shape of the letter “L” more than “R” so I’ve changed the initial. Also to improve our searchability on Google or any social media by separating from that movie,ungkap salah satu personel Natsuki Kato kepada ku·mi·usik.

Pandemi pun tidak sepenuhnya bahala bagi Luby Sparks. Band ini memilih untuk menuturkan pikirannya ke dalam pembuatan album, alih-alih dibuat nanar oleh keadaan yang menerpa hampir diseluruh dunia ini. Alhasil pada 11 Mei 2022 mereka pun berhasil menelurkan album kedua bertajuk Search + Destroy. Silahkan dengarkan melalui platform digital spotify:

Before the pandemic happened, we were planning to do a large China tour in 2020. The cancellation of it made us move on to making this album,lanjut Natsuki.

Lebih mendalam tentang Luby Sparks, ku·mi·usik berkesempatan untuk mewawancarai para personel pada 3 Juli 2022:

ku·mi·usik: May introduce your band? (Bisa perkenalkan band-mu?)

Natsuki Kato: We’re a Japanese quintet based in Tokyo. Luby Sparks was formed in 2016, currently, the line-up is Natsuki (ba/vo), Erika (vo), Tamio (gt), Sunao (gt), and Shin (dr).

(Kami adalah kuintet berbasis di Jepang. Luby Sparks dibentuk di tahun 2016, saat ini strutkur line up adalah Natsuki (ba/vo), Erika (vo), Tamio (gt), Sunao (gt) and shin (dr)

ku·mi·usik: So, what do you call the kind of music that you create? (Jadi, kamu sebut apa musik yang kamu ciptakan?)

Natsuki Kato: I think our music should be categorized as one of the alternative rock. But we don’t put any restrictions on what kind of genre to play right now. At times we’re making dream pop, at times we’re approaching heavy metal. We’re thinking of being able to try any genres we’re interested in on each song.

(Menurut kami, musik kami harusnya di kategorasikan sebagai salah satu dari alternatif rok. Tapi kami tidak menekan larangan dalam genre apa yang akan dimainkan sekarang. Terkadang kami membuat musik dream pop, terkadang kami mendekati heavy metal. Menurut kami, kami bisa mencoba genre apapun yang menarik di setiap lagu)

ku·mi·usik: Can you tell us how the process of making songs works? (Bagaimana proses pembuatan sebuah lagu?)

Natsuki Kato: Before making the new album that came out last month, mainly I (Natsuki) had made all the songs myself by using Logic Pro X on my laptop. And I shared my completed demos with the members in the studio, then they added some arrangements to record and play with their styles by using their equipment. But we’ve changed the way to write songs from the new record ‘cause I’ve come to think that I should get more brand new ideas from everyone in this band. So the guitarist Tamio and I have written chords and compositions together, then vocalist Erika has added melodies and lyrics on recent songs like ‘One Last Girl’, ‘Depression’ and ‘Don’t Own Me’. As a result, we could find some new directions and possibilities for this band.

(Sebelum membuat album baru yang keluar bulan kemarin, terutama aku (Natsuki) sudah membuat semua lagu sendiri dengan menggunakan Logic Pro X di laptop ku. Dan aku membagikan demo-demo yang sudah selesai bersama member yang di studio, lalu mereka menambahkan beberapa aransemen untuk direkam dan dimainkan dengan gaya dan peralatan mereka. Tapi kami merubah cara untuk menulis lagu dari rekord baru ‘karena aku pikir bahwa aku harus dapat lebih banyak ide baru dari semua orang di band ini. Jadi gitaris Tamio dan aku telah menulis akord dan komposisi bersama, lalu vokalis Erika menambahkan melody dan lirik di lagu terbaru seperti ‘One Last Girl’, ‘Depression’ dan ‘Don’t Own Me’. Sebagai hasil, kami bisa menemukan arah baru dan kemungkinan untuk band ini)

ku·mi·usik: And what are the lyrics that you create mostly talked about as regards? (Kebanyakan lirik yang tercipta, berbicara tentang apa?)

Erika Murphy: In my case, I’m often writing about lost love or fiction stories that someone who falls in love with someone. To write lyrics is like writing scripts for imaginary movies for me. And the most important thing to me when I’m writing is to combine sad heartbreak lyrics with the contrary pop sounds, then I believe we can get the same mood of “happy-sad” that many of my favorite bands like The Cure, The Smiths, Mazzy Star, etc. used to have.

(Di kasus ku, aku seringkali menulis tentang cinta yang hilang atau cerita fiksi tentang seseorang jatuh cinta dengan seseorang. Untuk menulis lirik itu seperti menulis naskah untuk film imajinasi bagiku. Dan hal terpenting untuk aku saat aku menulis lirik adalah untuk menciptakan kombinasi lirik patah hati dan lagu pop kontra, lalu aku percaya kita bisa mendapatkan mood “sedih-senang” seperti dari band-band favoritku yaitu The Cure, The Smiths, Mazzy Star, dll)

ku·mi·usik: Please tell us more about your last record ‘Search + Destroy’? How the process? And like we know the album is record in the middle of this pandemic. (Ceritakan lebih lanjut tentang debut ‘Search + Destroy’, bagaimana prosesnya? Seperti yang kita tahu album ini dikerjakan di tengah pandemi seperti ini)

Natsuki Kato: We decided to ask Andy Savours who is known for working with My Bloody Valentine, Sigur Ros, Black Country, New Road, etc. to produce. Actually, Kip Berman of The Pains of Being Pure at Heart (we played with them in Tokyo in the past) introduced him to me. Andy told us how to set up microphones, amps, and drums remotely to get good results in the studio, then we recorded 10 songs in a week. After the recording, Andy and I had exchanged a lot of emails about his mix and productions for over 6 months. His rhythm arrangement and his great assistant Joshua Rumble’s synthesizer arrangement gave new waves to our songs. Following these sessions, finally our 2nd album “Search + Destroy” was completed.

(Kami memutuskan untuk bertanya kepada Andy Savours yang terkenal karena bekerja dengan My bloody Valentine, Sigur Ros, Black Country, New Road, dll untuk memproduksi. Sebenarnya, Kip Berman dari The Pains of Being Pure At Heart (kami bermain dengan mereka di Tokyo dulu) mengenalkan dia ke aku. Andy memberi tau kami cara mempersiapkan mikrofon, amps, dan drum untuk mendapatkan hasil yang bagus di studio, lalu kami merekam 10 lagu dalan satu minggu. Setelah rekaman, Andy dan aku telah menukar banyak email tentang mix dan produksi nya selama lebih dari 6 bulan, aransemen ritme dan asisten hebat nya Joshua Rumble’ aransemen penyintesis memberikan gelombang baru untuk lagu kami. Mengikuti sesi ini, akhirnya album ke 2 kami “Search + Destroy” selesai)

ku·mi·usik: With Luby Sparks are there any specific messages that you want to convey to your music lover? (Dengan Luby Sparks, apakah ada pesan tertentu yang ingin disampaikan kepada para penikmat musikmu?)

Natsuki Kato: Now we’re trying to make a new alternative rock in the 2020s. Please feel any vibes from our songs influenced by a past generation, and we hope our music helps you to find other new music for you.

(Sekarang kami mencoba membuat rock alternatif baru di tahun 2020 an. Tolong rasakan suasana dari lagu kami yang terpengaruh oleh generasi sebelumnya, kami harap musik kami membantu kamu untuk menemukan musik baru untukmu)

ku·mi·usik: Last question. What is your view on the costs that the pandemic has brought to the world and how do you see art and music in this new era? (Bagaimana pandangan kamu tentang biaya yang ditimbulkan oleh pandemi ke dunia dan bagaimana kamu melihat seni dan musik di era baru ini?)

Natsuki Kato: The style of art and music was changed by the pandemic. But there are also good things like we noticed that we can make music and connect with people in other countries so easily by remotely now. So I think we should use technology more and more for making music as well. Definitely, we’ll be able to get great results. At the same time, we should keep making records and CDs. I think how music exists in our hands is so important.

(Gaya dan seni dari musik telah berubah oleh pandemic. Tapi ada juga hal baik seperti, kami dapat melihat bahwa kami bisa membuat musik dan membuat koneksi dengan orang-orang negeri lain dari jarak jauh. Jadi menurutku kita harus menggunakan teknologi lebih sering dan untuk membuat musik juga. Tentu, kita bisa mendapatkan hasil yang bagus. Dalam waktu yang sama, kita harus tetap membuat rekord dan CD. Menurutku bagaimana musik ada di tangan kita, itu penting sekali)

Mungkin hanya sedikit ini saja informasi yang bisa gue bagikan tentang Luby Sparks, jangan lupa share dan comment ya kawan-kawan.


Penerjemah   : Instagram/@nxbilla

Kontak.

Facebook       : https://www.facebook.com/lubysparksband

Twitter           : https://twitter.com/lubysparksband

Instagram      : https://www.instagram.com/lubysparksband/

Bandcamp     : https://lubysparks.bandcamp.com/