Interviu Bersama Rasco: Irama Mendayu Serupa SGAPP!

Rasco: Irama Mendayu Serupa SGAPP!

BEGITU bergairah menemukan musisi/band yang sangat memukau, eksotis dan juga kontemporer. Kembali ke Israel atau lebih tepatnya Jerusalem, sebuah jenama yang terinspirasi dari salah satu tembang Charlie Megira (musisi ternama era 2000 awal di Israel) menyisikan irama surf, psychedelic, rock, middle eastern hingga garage nan membawamu kembali pada gerakan musik syahdu Amerika era 70an. Perkenalkan Rasco.

Tapi yang lebih menggirangkan adalah “Surf-garage-alternative-psychedelic-pop. Or in short, SGAPP!,ucap salah satu personel Eden Atiya kepada ku·mi·usik. Yap, mereka memiliki singkatan tersendiri dari apa yang dimainkan, bukankah itu hebat? Daripada penasaran, Silahkan dengarkan melalui platform digital spotify:

Gaya Wajsman, Eden Atiya dan Itay Hamudi menafsirkan sendiri permainan kata dalam setiap lirik. Mereka tidak ingin terlalu terbuka dalam menyisipkan perasaan di setiap lagu. Bagaimanapun, setiap lagu yang disuarakan berisikan ikatan batin hingga pengalaman memfawakan dari masing-masing personel.

Masih banyak cerita yang dibagikan dari ketiga personel Rasco, dan semua itu tercurah dalam wawancara dengan ku·mi·usik pada 25 Mei 2022:

ku·mi·usik: May introduce your band? (Bisa perkenalkan band-mu?)

Rasco: Hello! We are Rasco, we are Gaya Wajsman on the bass, Eden Atiya on the electric guitar and Hamudi on the drums!

(Halo! Kami adalah Rasco; Gaya Wajsman pada bass, Eden Atiya pada gitar elektrik, dan Hamudi pada drum!)

ku·mi·usik: Does the word “Rasco” have meaning? (Apakah ‘Rasco’ memiliki sebuah arti?)

Gaya Wajsman: Yes, In Israel Rasco is a company for agricultural and city centers, it was founded in 1934 and was active in the beginning of Israel mainly for developing Rural and suburbian areas. HOWEVER we are not named after the company, we chose this name because of a Charlie Megira song called “At the Rasco”, that he wrote about the Rasco center in Beit She’an. Eden grew up near that very same Rasco Charlie referred to, and I grew up at a different Rasco neighbourhood in Jerusalem. 

(Ya, di Israel, Rasco adalah sebuah perusahaan untuk pertanian dan pusat kota, didirikan pada tahun 1934 dan aktif pada awal kemerdekaan Israel terutama untuk mengembangkan daerah pedesaan dan pinggiran kota. Tapi, kami tidak mengambil nama dari perusahaan tersebut, kami mengambil nama ini dari lagu Charlie Megira yang berjudul “At the Rasco” yang ia tulis tentang Rasco di Bait She’an. Eden tumbuh di dekat Rasco yang sama seperti yang dirujuk oleh Charlie, dan aku tumbuh di lingkungan Rasco yang berbeda di Yerusalem)

ku·mi·usik: So, what do you call the kind of music that you create? (Jadi, kamu sebut apa musik yang kamu ciptakan?)

Eden Atiya: We are very influenced by the American 60s-70s Surf/psych/beat movement, but also by Oriental and middle eastern psych bands from that time. Even though we don’t use an Organ or a Synthesiser live, we feel inspired by 80s-90s Synth-pop and avant-garde groups such as Broadcast, Stereolab, Malka spiegel and more.. 

(Kami sangat terpengaruh oleh gerakan Amerika tahun 60-70an, tetapi juga oleh band-band oriental dan timur tengah pada tahun itu. Walaupun kami tidak menggunakan organ atau synth saat live, kami merasa terindpirasi oleh grup-grup synth-pop dan avant-garde tahun 80-90an seperti Broadcast, Strereolab, Malka Spiegel, dan masih banyak lagi)

ku·mi·usik: Can you tell us how the process of making songs works? (Bagaimana proses pembuatan sebuah lagu?)

Itay Hamudi: The work process variate from time to time, but mainly one of us brings a basic idea of melody, chords, lyrics or whatever, And we process that idea into something different! The shared vision manifests our artistic aesthetics and that usually creates something one of us could not accomplish alone. This type of process took a lot of time, practice, sweat and tears, But now we are in a balanced and ideal state of creation, especially focused on writing our next Album! 

(Proses pengerjaannya berbeda dari waktu ke waktu, tapi seringkali salah satu dari kami membawa ide dasar berbentuk melodi, chord, lirik, atau apapun, lalu kami mengolah ide tersebut menjadi sesuatu yang berbeda! Visi bersama mewujudkan estetika artistik kami, dan dari situ seringkali tercipta sesuatu yang tidak bisa kami capai jika sendirian. Jenis proses ini memakan banyak waktu, latihan, keringat, dan air mata, tapi sekarang kami berada dalam kreativitas yang ideal dan seimbang, dan terfokus pada penulisan album berikutnya!)

ku·mi·usik: And what are the lyrics that you create mostly talked about as regards? (Kebanyakan lirik yang tercipta, berbicara tentang apa?)

Eden Atiya:  We try to maintain a certain amount of mystery when it comes to our lyrics. We don’t like to portray a very upfront situation, but use general words that has semantic relation to a certain feeling or atmosphere we want to create. Mostly is can talk about our inner-world experiences or a scenery we want to create.

(Kami mencoba untuk mempertahankan sejumlah misteri dalam lirik kami. Kami tidak suka menggambarkan situasi yang terlalu terbuka, kami lebih suka menggunakan kata-kata umum yang memiliki hubungan semantik dengan perasaan atau suasana tertentu yang ingin kami ciptakan. Sebagian besar bercerita tentang pengalaman dunia batin kami, atau suasana yang ingin kami ciptakan)

ku·mi·usik: Please tell us more about your debut album ‘Rasco’? How the process? And like we know the album is record in the middle of this pandemic. (Ceritakan lebih lanjut tentang debut ‘Rasco’, bagaimana prosesnya? Seperti yang kita tahu album ini dikerjakan di tengah pandemi seperti ini)

Gaya Wajsman: The album was recorded at our friend Eyal Samson’s studio, it starters as his Idea to check live recordings at his new studio that he built. The work was very interesting and was focused a lot about experimenting with sound and color. The pandemic hit midway into working on the album, but it did not influence the work process so much, because we were stuck indoors anyway. 

(Album tersebut direkam di studio teman kami, Eyal Samson, dimulai dari idenya untuk memeriksa rekaman live di studio yang baru ia bangun. Karya ini sangat menarik dan terfokus pada eksperimen dengan suara dan warna. Pandemi melanda di tengah pengerjaan album tapi itu tidak begitu mempengaruhi proses pengerjaannya karena kami memang sudah selalu terjebak di rumah)

ku·mi·usik: With Your music are there any specific messages that you want to convey to your music lover? (Dengan musikmu, apakah ada pesan tertentu yang ingin disampaikan kepada para penikmat musikmu?)

Itay Hamudi: We don’t have a specific message to put out there, but we try our music to portray our lives, living in the city, working, learning, figuring out the future together. We started off as friends, and Rasco was created as a fun way for us to do something we have never done before, so that sentiment always stays with us even as we progress professionally. 

(Kami tidak punya pesan khusus untuk disampaikan, tapi dengan ini kami mencoba menggambarkan kehidupan kami; menetap di kota, bekerja, belajar, mencari tahu masa depan bersama. Kami memulainya sebagai teman, dan Rasco diciptakan sebagai cara yang menyenangkan bagi kami untuk melakukan sesuatu yang belum pernah kami lakukan sebelumnya, sehingga perasaan itu selalu ada bersama kami bahkan ketika kami berkembang secara professional)

ku·mi·usik: Last question. What is your view on the costs that the pandemic has brought to the world and how do you see art and music in this new era? (Bagaimana pandangan kamu tentang biaya yang ditimbulkan oleh pandemi ke dunia dan bagaimana kamu melihat seni dan musik di era baru ini?)

Eden Atiya:  Here in Tel-Aviv life has pretty much returned to its course. Shows are happening and the cultural world has returned full time. That being said, living as an artist in the most expensive city in the world (!), is something we struggle with. We try to build our life around something we love, and work hard to make a career out of it.

(Di sini, di Tel Aviv, hidup telah kembali ke jalurnya. Pertunjukan berlangsung dan dunia kebudayaan telah kembali secara penuh. Bisa dibilang hidup sebagai seniman di kota paling mahal di dunia (!) adalah hal yang kami perjuangkan. Kami mencoba membangun hidup kami dari sesuatu yang kami cintai, dan bekerja keras untuk meniti karir dari situ)

Mungkin hanya sedikit ini saja informasi yang bisa gue bagikan tentang Rasco, jangan lupa share dan comment ya kawan-kawan.


Penerjemah   : Instagram/@farahfaw

Kontak.

Facebook       : https://www.facebook.com/RascoBand/

Instagram      : https://www.instagram.com/thisis.rasco/

Bandcamp     : https://rascoband.bandcamp.com/

Penulis: febrian adi

part-time music enthusiast. full-time human.

Tinggalkan komentar